Selasa, 16 Oktober 2018

CASH FLOW

CASH FLOW

1. Pengertian Cash Flow

Laporan cash flow atau disebut laporan arus kas adalah laporan keuangan yang isinya tentang penerimaan dan pengeluaran kas dalam sebuah perusahaan pada waktu periode tertentu. Dengan adanya laporan cash flow ini kita akan bisa mengetahui tentang keuangan dari perusahaan apakah sedang untung ataukah rugi.



Untuk bisa membuat laporan cash flow membutuhkan semua catatan tentang penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan dalam periode tertentu. Arus kas yang keluar adalah yang termasuk semua beban-beban yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Di akhir laporan cash flow, manajemen bisa menilai posisi keuangan perusahaan, apakah ada keuntungan atau minus. 

MENURUT PENDAPAT AHLI
a. Kashmir dan Jakfar (2012 : )
Uang keluar merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode, baik yang langsung berhubungan dengan usaha yang dijalankan, maupun yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan usaha utama.

b.Henry Simamora (1999 : )
Yaitu laporan yang memperlihatkan bagaimana aktivitas-aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan bank yang mempengaruhi kas selama suatu periode akuntansi.

c. Menurut PSAK No.2 paragraf 04 (IAI:2009)
Laporan arus kas disusun  dengan tujuan untuk memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna  untuk mengevaluasi perubahan dalam asset bersih perusahaan,  struktur keuangan  (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan mempengaruhi jumlah serta  waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang

d. Brigham dan Houston (2001)
Arus Kas adalah arus kas masuk operasi dengan pengeluaran yang dibutuhkan untuk mempertahankan arus kas operasi dimasa mendatang

Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat di bagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Aliran kas awal (Initial Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan pengeluaran untuk kegiatan investasi misalnya; pembelian tanah, gedung, biaya pendahuluan dsb. Aliran kas awal dapat dikatakan aliran kas keluar (cash out flow).

2. Aliran kas operasional (Operational Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan operasional proyek seperti; penjualan, biaya umum, dan administrasi. Oleh sebab itu aliran kas operasional merupakan aliran kas masuk (cash in flow) dan aliran kas keluar (cash out flow).

3. Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan nilai sisa proyek (nilai residu) seperti sisa modal kerja, nilai sisa proyek yaitu penjualan peralatan proyek.

4. Cash flow mempunyai beberapa keterbatasan-keterbatasan antara lain;
a) Komposisi penerimaan dan pengeluaran yang dimasukan dalam cash flow hanya yang bersifat tunai.
b) Perusahaan hanya berpusat pada target yang mungkin kurang fleksibel
c) Apabila terdapat perubahan pada situasi internal maupun eksternal dari perusahaan yang dapat mempengaruhi estimasi arus kas masuk dan keluar yang seharusnya diperhatikan, maka akan terhambat karena manager hanya akan terfokus pada budget kas misalnya; kondisi ekonomi yang kurang stabil, terlambatnya customer dalam memenuhi kewajibanya.

5. Adapun kegunaan dalam menyusun estimasi cash flow dalam perusahaan sangat berguna bagi beberapa pihak terutama manajement. Diantaranya:
1) Memberikan seluruh rencana penerimaan kas yang berhubungan dengan rencana keuangan perusahaan dan transaksi yang menyebabkan perubahan kas.
2) Sebagian dasar untuk menaksir kebutuhan dana untuk masa yang akan datang dan memperkirakan jangka waktu pengembalian kredit.
3) Membantu menager untuk mengambil keputusan kebijakan financial.
4) Untuk kreditur dapat melihat kemampuan perusahaan untuk membayar kredit yang diberikan kepadanya.

6. Langkah-Langkah Penyusunan

Ada empat langka dalam penyusunan cash flow, yaitu :
1. Menentukan minimum kas
2. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran
3. Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari hutang yang dibutuhkan untuk menutupi deficit kas dan membayar kembali pinjaman dari pihak ketiga.
4. Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi financial dan budget kas yang final.

METODA CASH FLOW

Pengelolaan akuntansi keuangan dengan metoda cash flow (aliran kas) merupakan pendekatan pengelolaan keuangan yang praktikal dan sesuai untuk unit usaha kecil yang pola pengelolaan keuangannnya masih sederhana. Pengertian cash flow adalah aliran kas perusahaan yang secara riil diterima dan dikeluarkan oleh perusahaan untuk keperluan operasi, pendanaan, dan investasi. Aliran kas yang masuk ke perusahaan disebut dengan cash in flow, sedangkan aliran kas yang keluar dari perusahaan dinamai cash out flow.

1. Operational Cash Flow (Aliran Kas Operasional)
Aliran Kas Operasional meliputi penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan secara riil yang berkaitan dengan kegiatan operasi. Operational Cash In Flow (OCIF) meliputi penerimaan hasil penjualan tunai, hasil pengumpulan piutang,dan penerimaan laba perusahaan. Sedangkan Operational Cash Out Flow (OCOF) meliputi biaya-biaya produksi dan biaya-biaya operasi perusahaan. Biaya produksi terdiri atas pembelian bahan baku dan bahan penolong, biaya upah pekerja langsung, dan biaya overhead pabrik (biaya produksi tak langsung); termasuk pembayaran hutang kepada pemasok bahan. Biaya operasi meliputi biaya administrasi dan umum, seperti biaya gaji pimpinan dan karyawan, biaya rekening listrik, telepon, air (PAM), biaya pemasaran, serta biaya pajak.

2. Financial Cash Flow (Aliran Kas Pendanaan)

Aliran Kas Pendanaan meliputi penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan pendanaan. Financial Cash In Flow (FCIF), meliputi penerimaan modal, baik dari sumber modal sendiri maupun dari sumber modal asing berupa pinjaman atau kredit bank. Sedangkan Financial Cash Out Flow (FCOF) meliputi biaya-biaya yang timbul karena adanya tambahan modal. Biaya modal tersebut dapat berupa pembagian keuntungan kepada para pemilik modal sendiri (dividen atas saham), dan berupa biaya bunga yang harus dibayarkan kepada bank atas kredit yang kita terima.

    Metoda pencatatan Aliran Kas Pendanaan ini pada dasarnya sama saja dengan metoda pencatatan pada Aliran Kas Operasional. Namun mengingat bahwa aliran kas pendanaan ini bersifat periodik (tidak setiap hari terjadi transaksi), pencatatannya dalam perioda bulanan atau bahkan tahunan, bukan harian.

3. Investment Cash Flow (Aliran Kas Investasi)

Aliran Kas Pendanaan meliputi penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan Investasi. Investment Cash In Flow (ICIF), meliputi penerimaan yang berasal dari aktivitas investasi perusahaan pada aktiva tetap dan investasi pada surat-surat berharga, seperti penerimaan berupa dividen atas saham, bunga (kupon) atas obligasi, dan capital gain atas penjualan aktiva tetap dan penjualan saham. Sedangkan Investment Cash Out Flow (OCOF) meliputi sejumlah dana yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membeli aktiva tetap dan surat-surat berharga, seperti saham dan obligasi.

Metoda pencatatan Aliran Kas Pendanaan ini pada dasarnya sama saja dengan metoda pencatatan pada Aliran Kas Operasional dan Aliran Kas Pendanaan. Mengingat bahwa transaksi investasi ini tidak dilakukan oleh perusahaan secara harian, maka perioda penca-tatannya adalah bulanan dan tahunan.


Setelah anda melakukan pencatatan aliran kas perusahaan secara bulanan kemudian catatan-catatan tersebut dikompilasi menjadi catatan aliran kas tahunan, berbentuk Cash Flow Statement perusahaan (sederhana). Masing-masing laporan aliran kas tersebut diklasi-fikasi sesuai dengan fungsinya menjadi Laporan Aliran Kas Operasional, Laporan Aliran Kas Pen-danaan, dan Laporan Aliran Kas Investasi. Laporan Aliran Kas sederhana semacam ini lebih tepat digunakan pada pencatatan keuangan usaha kecil.

Mengingat bahwa metoda ini, sesuai dengan namanya Metoda Cash Flow (arus kas tunai), maka metoda ini memiliki kelebihan dalam hal kejelasan jumlah penerimaan dan pengeluaran antara yang terdapat di catatan dan keadaan nyatanya (jumlah uang tunai sesungguhnya). Namun demikian, metoda ini juga memiliki kelemahan.

Kelemahan metoda ini adalah hanyalah pada tidak tersedianya catatan mengenai transaksi hutang dan piutang. Pemecahannya adalah dengan menyediakan catatan khusus mengenai transaksi yang yang bersifat kredit, baik pembelian secara kredit maupun penjualan secara kredit. Catatan ini kita namakan Catatan Pembantu: Piutang dan Hutang .
Cash flow memuat tiga bagian utama, yang terdiri dari:

1. Cash In Flow
Pada bagian ini mengidentifikasikan sumber-sumber dana yang akan diterima, jumlah dananya dan waktu dalam periode tersebut, yang akan dihasilkan berupa penjualan tunai, pejualan kredit yang akan menjadi piutang, hasil penjualan aktiva tetap, dan penerimaan lainnya. Perincian kas ini terdiri dari dua sifat yaitu; kontinyu dan intermitan.

2. Cash Out Flow
Pada bagian ini berhubugan dengan mengidentifikasikan semua kas yang sudah diantisipasi, antara lain pembelian barang dagang baku, pembayaran hutang, upah, administrasi, dan pengeluaran lainnya. Cash out flow mempunyai dua sifat yang sama yaitu kontinyu dan intermitan.

3. Financing (pembiayaan)
Pada bagian ini menunjukkan besarnya net cash flow dan besarnya kebutuhan dana jika terjadi defisit.

Pada laporan arus kas juga terdapat beberapa kegiatan (aktivitas) yang dibagi menjadi:

Aktivitas operasi :
·         Seluruh aktivitas yang berkaitan dengan operasi perusahaan dan tercantum didalam laporan ikhtisar rugi laba.

·         Aliran kas masuk (Cash In Flow)
    a) Dari penjualan barang dan jasa
    b) Dari pendapatan bunga hutang dari pihak lain dan difiden (bunga saham) dari pihak lain

·         Aliran kas keluar (Cash Out Flow)
      a) Pembelian persediaan dari pemasok
      b) Pembayaran gaji/upah karyawan
.     c) Pembayaran pajak
      d) Pembayaran bunga pinjaman
      e) Pembayaran lain-lain pengeluaran

Aktivitas investasi :
·    Seluruh aktivitas yang berkaitan dengan investasi perusahaan baik internal (dalam bentuk longterm assets) maupun eksternal (investasi di tempat lain)

·         Aliran kas masuk (Cash In Flow)
      a) Dari penjualan harta perusahaan seperti tanah, bangunan, mesin, peralatan dan lainnya
      b) Dari penjualan jaminan hutang atau jaminan modal pihak lain
      c) Dari pengembalian pokok pinjaman (hutang) dari pihak lain

·         Aliran kas keluar (Cash Out Flow)
      a) Pembelian harta perusahaan seperti tanah, bangunan, mesin, peralatan dan lainnya
      b) Pembelian jaminan hutang modal dari pihak lain
      c) Memberikan pinjaman atau hutang kepada pihak lain

 Aktivitas keuangan :
·         Seluruh aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan aspek keuangan perusahaan (sumber dana perusahaan) berupa hutang dan modal

·         Aliran kas masuk (Cash In Flow)
      a) Dari penjualan saham perusahaan
      b) Dari pendapatan penjualan obligasi dan surat berharga lainnya

        Aliran kas keluar (Cash Out Flow)
     a) Pembayaran dividen kepada pemegang saham
     b) Pembayaran hutang jangka panjang

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 2 yang dapat dipergunakan perusahaan terdapat dua metode untuk menyajikan laoran arus kas, yaitu
1. Metode Langsung
Metode langsung menggolongkan berbagai kategori utama dari kegiatan operasi. Metode langsung lebih mudah untuk dimengerti, dan memberikan informasi yang lebih banyak untuk mengambil keputusan.

















2. Metode Tidak Langsung

Penyusunan laporan arus kas dengan menggunakan metode ini diawali dengan laba bersih dan menyesuaikan laba bersih tersebut sehingga diperoleh arus kas dari aktivitas operasi.
Kedua metode tersebut mendatangkan jumlah sub-total yang sama untuk kegiatan operasi, kegiatan investasi, kegiatan pendanaan dan arus kas bersih selama periode tertentu. Metode tersebut berbeda hanya dalam cara menunjukkan arus kas dari kegiatan operasi.
Penyusunan anggaran kas, menurut Riyanto (1978 : 90), dapat dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut :
1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasional perusahaan. Transaksi-transaksi di sini merupakan transaksi operasi (operating transactions). Pada tahap ini dapat diketahui adanya defisit (kekurangan) kas atau surplus (kelebihan) kas.
2. Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank atau sumber-sumber lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas. Juga disusun estimasi pembayaran bunga kredit tersebut beserta waktu pembayarannya kembali. Transaksi-transaksi di sini merupakan transaksi finansiil (financial transaction).
3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansiil. Anggaran kas yang final ini merupakan gabungan dari transaksi operasional dan transaksi finansiil yang menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan.
Ada empat langkah dalam penyusunan cash flow, yaitu :
1. Menentukan minimum kas
2. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran
3. Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari hutang yang dibutuhkan untuk menutupi defisit kas dan membayar kembali pinjaman dari pihak ketiga.
4. Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi financial dan budget kas yang final.


















C. PERHITUNGAN CASH FLOW

Kemampuan untuk mendapatkan keuntungan (profitabilitas) suatu kegitan usaha ditentukan oleh aliran dana (cash flow) yang dapat dihasilkan kegiatan tersebut. Sedangkan profitabilitas suatu rencana investasi ditentukan oleh perkiraan aliran dananya. Aliran dana itu sendiri menyatakan jumlah serta saat diterimanya pemasukan tunai (cash income) dan jumlah serta saat dikeluarkaanya biaya tunai (cash cost) suatu rencana investasi atau suatu kegiatan usaha.

Aliran dana disusun dengan mempertimbangkan semua elemen pemasukan tunai (cash income) dan semua elemen biaya tunai (cast cost) pada setiap periode selama umur investasi tersebut. Biaya tunai yang dimaksud adalah meliputi semua transaksi baik berupa biaya yang dikeluarkan secara tunai maupun pengeluaran tunai dalam bentuk investasi (meningkatkan aktiva). Pengertian ini diperlukan untuk membedakaanya dengan biaya non-cash (book cost). Yang tidak mempengaruhi nilai tunai dan aktiva perusahaan.sedangkan pemasukan tunai adalah semua pendapatan yang dihasilkan dan dikumpulkan secara tunai atau pendapatan yang meningkatkan rekening tagihan (account receivable)

Dalam menyusun Cash Flow, ada beberapa prinsip yang harus diketahui terlebih dahulu yaitu: Cash Flow disusun dengan basis tunai (Cash Basis). Hal ini berbeda dengan penyusunan Laporan Keuangan yang umumnya menggunakan Accrual Basis. Pada Cash Basis: Pendapatan diakui pada saat uang tunai diterima, bukan pada saat penjualan dilakukan.Biaya-biaya diakui pada saat uang tunai dikeluarkan, bukan pada saat biaya timbul.Sedangkan pada Accrual Basis, pendapatan dan biaya diakui pada saat kejadian, dan hal tersebut belum tentu sama dengan waktu terjadi perpindahan uang tunai.

Contoh perhitungan :
WAHID memiliki sistem penjualan dan pembelian yang dilakukan secara tunai. Income Statementper akhir tahun adalah sebagai berikut:

Penjualan Bersih                         Rp. 1.000
Harga Pokok Penjualan               Rp. 800  (-)
Laba Kotor                                    Rp. 200
Biaya Operasional
Gaji/Bonus                                      Rp.  50
Lain-lain                                         Rp.  40
Depresiasi                                     Rp.  20  (+)
Rp. 110  (-)
Laba Bersih Operasional               Rp. 90
Pajak Penghasilan 30 %              Rp. 30  (-)
Laba Bersih Setelah Pajak            Rp. 60

Dalam perhitungan Cash Flow, kita tidak memperhitungkan biaya depresiasi sebagai biaya karena depresiasi merupakan biaya non-kas. Dengan demikian, dari perhitungan Rugi/Laba diatas, Cash Flow yang sebenarnya adalah sebagai berikut:
Laba Bersih                              Rp.   60
Depresiasi                                Rp.   40 (+)
Cash flow                                 Rp  100
Cash Flow dapat disusun dengan periode (interval) per tahun, per bulan, bahkan per hari. Tentu saja semakin pendek interval yang dipakai, hasil penyusunan akan memiliki ketepatan yang lebih tinggi. Untuk Bank, umumnya kita menggunakan interval bulanan atau tahunan.
D. TRANSFORMASI KARAKTERISTIK ALTERNATIF PROYEK KE DALAM DIMENSI MONETER

1. Analisa Teknik

Analisis teknikal pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknikal, biaya-biaya produksi dari berbagai alternatif dan menilai pemenuhan dan penyediaan kebutuhan-kebutuhan teknikal proyek tersebut pada berbagai alternatif. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya.

Analisis teknikal sebaiknya tetap dilakukan meskipun sebuah proyek tidak layak secara teknis. Pada dasarnya analisis teknikal bertujuan untuk menggali informasi mengenai estimasi biaya teknis proyek yang meliputi:

Investasi tetap: meliputi tanah lokasi, bangunan pabrik dan bangunan lainnya, serta mesin dan pemasangannya.Biaya dan pengeluaran produksi: meliputi bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja langsung, biaya pabrik tidak langsung (factory overhead cost).Biaya masa percobaan atau uji coba: misalnya biaya-biaya yang diperkirakan akan terjadi di luar produksi normal selama masa operasi percobaan seperti biaya waktu lembur, pengulangan pekerjaan, kerusakan dan biaya penelitian teknikal.
Faktor-faktor lain yang berkaitan dengan fasilitas yang dibutuhkan proyek: misalnya fasilitas penunjang, yaitu jalan raya, pelabuhan udara, laut, jalan kereta api, air, listrik, komunikasi dan lain-lain.

Hal-hal tersebut perlu dinilai tidak hanya pada satu lokasi melainkan juga di beberapa alternatif lokasi. Misalnya, suatu industri membutuhkan sejumlah besar bahan bakar yang tersedia di lokasi dengan jumlah dan kualitas tertentu sesuai kebutuhan proyek serta pada biaya yang serendah-rendahnya.
Ada beberapa variabel penting yang harus diperhitungkan perusahaan sebelum menentukan lokasi yang tepat yang dapat meminimumkan biaya untuk proyek tersebut antara lain adalah ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, sumber energi, supply tenaga kerja, fasilitas transportasi, iklim dan keadaan tanah, adat istiadat masyarakat setempat serta rencana perusahaan di masa depan. Dengan memperhitungkan semua variabel tersebut diharapkan perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat sehingga dapat meminimumkan biaya baik biaya investasi maupun biaya eksploitasi.

3. Metode Untuk Menentukan Besarnya Skala Produksi

Pertimbangan penting yang perlu dilakukan karena akan sangat mempengaruhi kelayakan teknis dari perencanaan proyek baru adalah penentuan luas produksi yang tepat. Seberapa besar skala operasi yang harus ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis.
Secara sederhana, luas produksi ditentukan oleh kemungkinan pangsa pasar (market share) yang dapat diraih yaitu dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dari peralatan yang dimiliki. Pendekatan ini lebih sering digunakan dalam praktik penyusunan studi kelayakan dengan memperhatikan pendapat manajemen.
Dalam teori manajemen produksi terdapat beberapa metode untuk menentukan luas produksi optimal, yaitu:

(a) Pendekatan konsep biaya marjinal (marginal cost) dan pendapatan marjinal (marginal revenue),
(b) Pendekatan titik impas (Break Even Point) dan
(c) Metode program linier (linear programming). Semua metode tersebut dapat Anda dalami pada pembahasan secara khusus tentang manajemen proyek.

Ketelitian dan usaha yang dilakukan untuk melaksanakan analisis teknikal tergantung pada jenis proyek, teknologi yang dipakai, kompleksitas produk yang dihasilkan, alternatif teknikal yang dipergunakan (misalnya, proses produksi, bahan baku, tenaga kerja dan sebagainya) serta ketelitian dalam memperkirakan biaya yang akan terjadi. Semakin baru jenis produk yang dihasilkan, semakin canggih dan rumit teknologi yang dipakai, semakin langka alternatif teknikal yang dipergunakan, maka semakin keras dan teliti pula usaha yang harus dilakukan untuk membuat analisis teknikal.

Selain faktor-faktor yang mempengaruhi kedalaman analisis teknikal tersebut, perlu diketahui pula risiko ketidaktelitian dan ketidaktepatan dalam melakukan analisis teknikal. Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam analisis teknikal, misalnya kurang teliti dalam melakukan analisis pendahuluan mengenai kebutuhan-kebutuhan teknologi, kegagalan dalam menilai alternatif teknikal dan tidak memperhatikan faktor-faktor lain seperti penanganan bahan baku, kebutuhan persediaan, pemeliharaan dan fasilitas sosial untuk para pekerja.

Kurang telitinya analisis teknikal, mengakibatkan terjadinya masalah kekurangan keuangan. Akibat lebih lanjut adalah kemungkinan proyek gagal dalam jangka panjang. Misalnya, proyek gagal mencapai kapasitas produksi yang direncanakan karena ternyata teknologi yang digunakan sudah ketinggalan zaman sehingga produk tidak bisa bersaing baik dari segi harga maupun mutunya, atau karena tidak memikirkan pemeliharaan, proyek akhirnya harus mati sebelum waktu yang direncanakan.

Ketidaktelitian dalam melakukan analisis teknikal juga bisa menghasilkan kesalahan dalam memperkirakan biaya proyek baik yang menyangkut biaya tetapnya maupun modal kerja. Selain itu bisa pula terjadi penyimpangan perkiraan biaya masa operasi percobaan dan biaya produksi dari kenyataan.

Karena itu analisis teknikal yang baik harus dilakukan untuk membuktikan bahwa secara teknikal proyek layak dikerjakan dan hal tersebut selanjutnya dapat mendukung kelayakan proyek secara ekonomi.


DAFTAR PUSTAKA
·   Zaki Baridwan,2000, Intermediate Accounting, Edisi kesembilan, BFEE, Yogyakarta
·        Safyan Syafri Harahap,2002 Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan,
·        PT. Grafindo Persada, Jakarta 2002
·        Indriyono Gitosudarmo dan Basri,2002 Manajemen Keuangan,cetakan
·        pertama, edisi keempat, BFEE Yogyakarta                         
·        S. Munawir, 2004, Analisa laporan Keuangan,Penerbit Liberty, Edisi, ketujuh, Yogyakarta 2004
·       http://ahmadfajarulilabshor.blogspot.com/2018/10/artikel-cash-flow.html
'        https://sleekr.co/blog/contoh-cash-flow-mudah-laporan-arus-kas/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar